Sabtu, Mei 16, 2009

Memberi dan Menerima_Mana yang Lebih Mudah?

Saya manusia,anda juga[Weks,kalau bukan lantas anda itu apa?].Saya manusia,suatu strata makhluk sosial,itu kata aristoteles,juga kata para ahli.
Alasannya?sederhana saya,anda tidak dapat hidup sendiri.Saya,secara psikologis,termasuk tipe single fighter,petarung sendiri,saya egois,mau menang sendiri
dan kalau susah juga susah sendiri.Pendek kata,semua serba sendiri.Namun,seego-egoisnya saya,se-susah susahnya saya dan se-senang senangnya saya,saya ingin
berbagi dengan seseorang,dan jika tidak ada orang,tembok juga boleh [mungkin saya termasuk mereka yang gila kali].Saya tidak tahu apakah anda juga seperti itu.
Tapi 1 hal yang pasti,akuilah dari lubuk hati anda,anda,seperti saya,ingin berbagi.Benar 'kan?

Nah,di sini masalahnya.Jika seseorang berbagi,apakah ia ikhlas?apa alasanya?Kalau pepatah berkata memberi itu lebih mudah daripada menerima,tapi masa' sich?
Saya seorang yang kikir,pelit atau,bahasa halusnya,super hemat.Saya rela tidak makan berhari hari untuk mengumpulkan uang dan membelanjakannya dalam hitungan
menit.Tapi jika saya lewat di lampu merah dan ada seseorang mengetuk pintu hati saya untuk berbagi rejeki,saya akan berpikir (kalau bisa) beribu ribu tahun,
hanya untuk merogoh kocek dan merasa lega.Lega,karena saya telah membayar sedikit dari kesalahan saya di masa lalu.Lega,karena tahu yang saya perbuat ini benar.
Tapi,apakah saya lakukan?Oh..belum tentu.Berbagi itu susah tapi pada satu sisi juga sangatlah mudah.Jika anda merasa sedang dalam mood yang baik,dan saya menghadap
anda untuk meminta sedekah,saya rasa anda tak'kan berpikir dan akan langsung merogoh kocek anda.Benar'kan?

Terlepas dari semua itu,berbagi tidak selamanya bagus,berbagi tinju misalnya,tawuran gitu..berbagi juga,hasilnya?babak belur iya...Berbagi,sama seperti semua
tindakan lain,harus dilakukan pada waktu dan tempatnya,sulit memang,tapi cobalah tahu situasinya.Kita,manusia harus bisa flexible 'kan?

Terus,menerima.Klau ada orang berbagi maka harus ada orang yang menerima.Wajar 'kan?Menerima,sekilas gampang.Dikasih uang,siapa yang menolak?[Lain cerita kalau
ada udang di balik batu lho...].Dikasih pangkat dan kedudukan,kalau saya sich,tak 'kan menolak.Kesempatan cuman datang sekali loh...TAPI,ternyata,setelah saya pikir
lebih jauh,menerima itu lebih susah.Sebagai contoh,seseorang belum tentu mau menerima cinta seseorang,meskipun cinta itu tulus lantaran merasa tidak cocok dengan
orang yang memeri cinta tsb.Alasan penolakan?Banyak.Saya tidak pantas untukmu,dapat dianggap cara menolak dengan halus,tapi tegas dan di sisi lain membunuh
mental pemberi.Apapun alasanya menerima berarti juga menerima tanggung jawab...Tanggung jawab,untuk konsisten dengan keputusan anda menerima,...
Sanggupkah anda menerima tanggung jawab itu?

Jadi,mana yang lebih mudah,menerima atau memberi?